3.8.09

SALAM MENURUT AL-QURAN


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT. Dalam surat al-Jatsiyah ayat 22.
“Al-Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”

Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan, kesempurnaan bentuk fisik (jasmani) dan rohani. Karena itu makhluk manusia mempunyai hati nurani, kebutuhan jasmani dan rohani, hidupnya bermasyarakat, maka disebut makhluk sosial. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berinteraksi antar sesamanya, bahkan dengan alam lingkungannya. Dan sebagai makhluk sosial harus merealisasi jiwa sosialnya terhadap sesama dan terhadap alam, berdasarkan agama yang mengajarkan untuk mengucapkan salam dan menyebarluaskannya.
Salam juga berarti damai, dengan pengertian luas, damai dengan arti hubungan baik dengan Tuhan, damai dengan arti tenteram dengan diri sendiri, damai dengan kaum keluarga, sahabat dan tetangga serta sesama makhluk Tuhan.

Dengan mengucapkan salam di waktu bertemu dan berpisah, berisi do’a dan pengharapan, kiranya selalu dalam selamat, memperoleh rahmat dan berkat, berarti menegakkan identitas kita sendiri dalam memberikan penghormatan. Juga akan menambah teguhnya hubungan antara sesama kaum muslimin, mengucapkan salam termasuk amal yang amat baik, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits, bahwa ada orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW berkenaan dengan amal yang lebih baik beliau menjawab:
“Memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal. (Bukhari Muslim).

Mengucapkan salam bukan hanya penghormatan kaum muslimin sesamanya dalam pergaulan hidup di dunia, juga menjadi penghormatan penghuni surga sesamanya.
Dalam surat al-Waqi’ah 25-26 menjelaskan:
“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.”

Mengucapkan salam sangat dianjurkan oleh al-Qur’an, bahkan puncak ucapan salam datang dari Allah SWT kepada mereka yang beriman. Salam (damai) yang dipersembahkan harus dinilai sebagai satu penghormatan dari yang mempersembahkannya. Di sisi lain, damai yang didambakan adalah perdamaian yang langgeng dan tidak semu. Oleh karena itu, salam yang dianjurkan al-Qur’an bukan saja yang serupa dengan salam yang ditawarkan oleh pihak lain, tetapi yang lebih baik daari itu. Bahwa di dalam salam ada ikatan dan interaksi yang saling berkesinambungan yang mengikat antara muslim dengan muslim lainnya, apapun dan bagaimanapun keadaan mereka. Dalam salam juga ada syiar Islam yang kuat, mengukuhkan persaudaraan sesama muslim, tidak bisa diputus dengan apapun.

Selengkapnya...

0 komentar:

Posting Komentar

PERPUS. SKRIPSI TESIS is wearing Nur | To Blogger by An at Student | Campus and Comments (RSS).